Rekomendasi Tempat Makan Makassar (3)
7. Mie Titi
Perhentian kami
selanjutnya di Makassar adalah Restoran Mie Titi yang masih berada di area yang sama dengan Lae Lae, yaitu di Jl. Datu Museng yang terletak tak jauh dari
Pantai Losari. Sebelum datang ke kedai ini, saya tidak tahu sama sekali apakah
gerangan Mie Titi itu. Kenapa genit sekali namanya?
Setelah
mendapatkan tempat duduk, kami langsung dihampiri seorang pelayan. Untuk
berenam (karena yang satu bule dengan spektrum toleransi kuliner bak anak umur
7 tahun) kami dengan pede pesan 3 porsi mie Titi. Padahal setelah yang satu ini, masih ada
satu tempat makan lagi yang harus dikunjungi.
Ternyata oh
ternyata, mi titi adalah mi yang digoreng kering hingga seperti mi lidi khas jajanan anak SD, lalu disiram kuah kental panas dengan potongan sayur, ayam,
daging dan ati ampela khas ifu mi. Atau dengan kata lain, ifumi dengan mi lidi.
Penyajiannya dipisah antara mie dengan kuahnya, dan karena kuah dimasak di wok
besar diatas bara api yang terus menyala, panas dari kuah kentalnya juga jadi
‘awet’. Buat lidah saya yang sudah terlalu banyak terpapar vetsin (TT___TT)
kuahnya agak sedikit hambar, jadi perlu sedikit tambahan kecap asin. Minya juga
buat saya agak kurang nyaman di mulut karena teksturnya yang sedikit terlalu renyah, tapi tetap suguhan yang
menarik karena baru pertama kali saya coba.
Mie Titi |
8. Restoran Lae - Lae (Seafood)
Masih di Jalan
Datu Museng, salah satu restoran seafood yang paling sering disebut-sebut untuk
tur kuliner kota Makassar adalah Lae Lae. Kata teman, restoran ini salah satu
yang paling baik tetapi juga yang paling murah juga. Ada banyak nama lain yang
disebut, seperti Paotere, yang konon langganannya SBY. Karena kami kelasnya
bukan presiden, jadi kita cari yang murah-murah meriah saja lah.. apalagi
karena perut kita sebenarnya mungkin tidak muat lagi. *tarik napas*
Otak- otak ikan tenggiri dan bermacam ikan segar yang sedang dibakar di Restoran Lae Lae Seafood |
Malam itu sekitar pukul setengah 7 malam, restoran
sudah cukup penuh terisi pengunjung, separuh di dalam separuh di luar. Setelah mendapatkan tempat duduk di dalam
(karena itu yang tersisa), teman kami Pade yang sudah pernah makan disini langsung
pesan beberapa menu sekaligus; Otak-otak bakar, Ikan Bakar (lupa ikan apa), Kangkung
Cah, Udang Bakar, dan Sotong Goreng Tepung.
Otak-otak Ikan Tenggiri Lae-Lae |
Cumi Goreng Tepung |
Ikan Bakar Dabu |
Dari menu-menu tersebut, favorit saya adalah sotong
goreng tepungnya dan dua macam sambal yang disajikan; sambal pedas berwarna
merah dan sambal berwarna hijau yang pedas, asam dan sedikit manis. Dua sambal
ini membuat saya terus mencomot makanan baik otak-otak, cumi goreng tepung,
atau apapun yang ada di meja walaupun perut sudah hampir meletus. Cuminya empuk,
legit dan seperti halnya dengan semua hewan laut yang disuguhkan, tidak ada bau
amis sedikitpun.
Terutama untuk ikan dengan bumbu dabunya yang
menyegarkan. Walau setelah seminggu berada di makassar dan mencoba berbagai
macam variasi dabu-dabu, kesimpulan saya hampir tidak ada ikan bakar +
dabu-dabu di makassar yang tidak enak. Untuk Kangkung Cah dan Udang Bakarnya,
tidak ada yang spesial selain nampaknya lebih segar dan bebas penyedap
dibandingkan dengan restoran sejenis di Jakarta.
Harga yang
dibayarkan juga rasanya tidak terlalu mahal, total Rp. 210.000 untuk
semua menu yang saya sebutkan plus minum. (standar es teh manis, air es, soda,
dll)
Comments
Post a Comment