Rekomendasi Tempat Makan Makassar (1)
Seperti sudah kami perkirakan jauh sebelum memulai perjalanan, liburan kami di Makassar , Sulawesi selatan dipastikan penuh dengan makan, makan, dan makan lagi! Bahkan ketika menyusun susunan perjalanan kami (sebuah kelompok berisikan 7 manusia yang sungguh berisik), lembaran (sok) terperinci kami berisi daftar ambisius tempat makan yang hendak dikunjungi dalam waktu kurang dari 48 jam.
Sebelum bertolak ke Tanjung Bira, 4 jam ke Selatan, kami memang mengalokasikan 2 hari penuh untuk berkeliling kota (baca: makan?) pelabuhan tersebut. Sudah sungguh lama saya tidak mengunjungi Makassar, atau Ujung Pandang. Sejak 1988, lebih tepatnya ketika saya masih berusia 3 tahun dan saat itu tinggal tidak jauh dari Pantai Losari.
Tidak terlalu banyak yang saya bisa ingat, selain sepinya pantai itu, keseharian yang kerjanya mengejar bereng-bereng (bahasa setempat untuk capung), dan (tentu) jajan Pisang Epe bersama ibu saya sembari jalan-jalan sore sepanjang Losari.
Sampai ketika saya menghirup udara Makassar lagi untuk pertama kalinya setelah 25 tahun, dan ingatan saya yang mungkin sayup sayup tapi ternyata cukup jelas juga, tentang aroma khas kota tersebut. Aroma laut, bukan amis, tetapi bau khas kota pelabuhan yang menyeruak sesampainya kami sampai jalan tol yang menghubungkan bandara Hasanuddin dengan jalan-jalan utama Makassar.
Kami menginap di sebuah penginapan sederhana di Jalan Lampobattang bernama Mega Inn. Sampai keesokan harinya setelah waktu kedatangan kami (kami tiba di hotel sekitar pukul 1 malam), saya tidak menyadari betapa pentingnya Lampobattang di perjalanan kami kali ini. Perhatikan poin-poin sbb:
- Di jalan lampobattang ini terdapat toko Bapao Lampobattang yg termasyhur seantero Makassar.
- Kedai ini ternyata menjadi tujuan spesial (kalau bukan satu-satunya) salah satu teman kami, Nona Imy, yang ternyata masih ada hubungan kerabat dengan si tante pemilik toko.
- Bapao-bapao montok dari kedai ini (baik yg halal ataupun tidak) senantiasa mengisi lumbung-lumbung perbekalan kami selama berpetualang di dalam kota hingga ke ujung selatan Pulau Sulawesi! sehingga sampailah kita pada perhentian tempat makan Makassar kita yang pertama:
- Bapao Lampobattang
photo by @imyferica |
selain poin-poin diatas, perlu dicamkan bahwa toko ini memang sungguh spesial dari sejak lama. Menurut kawan saya @imyferica Bapao yang dihasilkan si tante memang luar biasa empuk seperti bantal bulu angsa, dengan isi yang padat dan membludak minta keluar.
Pilihan rasa yg ditawarkan tentu ada Babi (yg dimasak merah), Babi merah plus telur asap (kata imy ini yang paling enak), keju, coklat, dan Tausa, atau pasta kacang hijau yang dimasak dengan gula dan tawas hijau sehingga berwarna hitam pekat dan mengeluarkan rasa yang khas. Selain Bapao, toko ini menjual kudapan khas makanan China lainnya, seperti Somay (Babi), Mantao, dan Bacang, yang kata Imy lagi, begitu padat sampai bisa untuk bekal 2 hari.
Di akhir perjalanan, sebelum kami terbirit-birit mengejar pesawat pulang ke jakarta, kami bahkan menyempatkan mampir di toko bapao ini dan membeli 20 (dua puluh!) buah bapao sebagai sogokan supaya ia dijemput. Satu lagi alasan mengapa Bapao ini sungguh signifikan dalam keselamatan kami di perjalanan.
2. Kedai Hokky
Setelah berputar-putar di daerah Losari (berputar-putar kebingungan karena semua orang pengen makan di SEMUA tempat yang dilewati), akhirnya hati kami tertambat di kedai Hokky yang katanya juara Es Pisang Hijau. Memang sih, Es Pisang Hijau enak di jakarta sudah banyak. Tapi kebanyakan Saat itu kami belum terlalu lapar dan Makassar seperti sedang digoreng (alias panas banget bok!), jadi Es Pisang Hijau sepertinya cocok bukan main. Seperti kata pepatah, When in Makassar, eat Es Pisang Hijau everyday. :D
Kepada si tante penjaga kedai kami pesan 3 porsi Es Pisang Hijau dan 1 piring Es Pallu Butung sampai ke meja kami. Seperti Es pisang Hijau pada umumnya, satu piring berisi 2 buah pisang berbalut ‘kulit’ hijau yang dipotong-potong, bubur sum-sum, es serut, lalu diakhiri dengan sirup merah pisang ambon.
Es Pallu Butung Kedai Hokky, Makassar |
Es Pisang Hijau Kedai Hokky, Makassar |
Imy, Bungki & Imbi, berpose dengan pisang ijo |
lucu yaaa nama jusnya |
Menu makanan lain |
Kalau diperhatikan, warna hijau si kulit pisang hijau lebih keruh dari yang biasa saya makan, seperti warna hijau bubuk teh hijau atau warna buah zaitun. Es Pallu Butung kira-kira sama isinya, hanya minus pisang hijau. Kesimpulan: segerrrr. Pas buat mendinginkan perut dan lidah untuk siang bolong di Makassar. Tapi karena porsinya buesar, ada baiknya 1 piring berdua atau 2 piring berlima (bokek?) aja kali yaaaa.. biar mesra senasib sepenanggungan.
Comments
Post a Comment