Makan 'Tacos' Otentik Meksiko di Taqueria Tijuana, South Omaha, Nebraska

Dari hari pertama kami menginjakkan kaki di Omaha, sebenernya saya sudah ngebet banget pengen ke Omaha Selatan (South Omaha) atau disingkat South-O. Daerah selatan ini adalah dimana para imigran keturunan hispanik banyak bermukim, dan kalau Anda berkendara dari daerah tengah menuju ke daerah ini, sedikit demi sedikit akan semakin kentara. Papan penunjuk jalan, nama-nama toko, hingga papan iklan raksasa tiba-tiba bertuliskan bahasa Spanyol atau nama-nama seperti Pedro's Automotive, La Conchana (ngasal), Ristorante de Juanita, atau.. Taqueria (!!) si restoran khusus taco. 

Salah satu taqueria yang kami incar adalah Tijuana Taqueria, yang terletak berseberangan dengan sebuah restoran meksiko lain yang ulasannya juga cukup baik di TripAdvisor (tapi saya lupa namanya).




Siang itu sekitar pukul 11.00, restoran sudah cukup penuh terisi, dengan 90% pengunjung kelihatannya keluarga keturunan hispanik. Menariknya, manajer restoran yang menyambut kami dan mempersilakan duduk adalah seorang cewek bule,  yang belakangan kami dengar berbicara spanyol lancar sekali. 

Kami pun duduk dan langsung mempelajari menu restoran ini yang ternyata cukup simpel, di satu sisi dalam bahasa inggris, dan sisi lainnya dalam bahasa spanyol. Ini poin sangat sederhana namun menarik; Memang saya sedang berada di restoran meksiko, tapi nyatanya ketersediaan opsi bahasa spanyol sangat jamak saya temukan, dimanapun di Amerika. Walaupun banyak imigran meksiko yang sudah beranak pinak dan kerja puluhan tahun di Amerika, masih banyak dari mereka yang sama sekali tidak berbicara bahasa Inggris. Ketika saya tanya sikap warga Amerika tentang hal ini, banyak dari mereka yang sebenarnya sungguh tidak keberatan dengan para pekerja dari meksiko, ilegal sekalipun, karena memang mereka jauh lebih tekun, pekerja keras, dan jarang mengeluh. Hanya satu yang sering bikin mereka gemas, yakni keengganan mereka untuk belajar bahasa inggris, sehingga memaksa banyak bisnis dan layanan di Amerika (terutama di area yang banyak bersinggungan dengan para imigran) menyediakan opsi bahasa spanyol. 

Menu yang ditawarkan cukup ringkas, pilihan taco, burrito, torta (sandwich), quesadilla, gordita (semacam calzone tapi dengan kulit berbahan dasar jagung atau mesa), sope (tortilla tebal berbentuk seperti mangkuk yang diisi dengan bermacam isian seperti daging, keju, sayuran), sincronizada, dengan bermacam pilihan isi yang jauh lebih beragam dari pilihan taco di West Omaha. Disini lebih banyak pilihan bagian-bagian hewan yang untuk ukuran orang Amerika pada umumnya mungkin terlalu ekstrim seperti lidah sapi dan perut babi. 

Suami saya memutuskan memesan steak burrito (Burrito Asada) yang berisi potongan daging, keju, selada, potongan tomat, nasi, krim masam, dan guacamole. Harganya? $5.95 

Burrito Asada, Taqueria Tijuana - South Omaha 


Karena saya mau mencoba beberapa jenis isian sekaligus, saya memutuskan untuk memesan 2 buah taco ($1.95/buah) dengan pilihan isian lidah sapi dan daging ala al pastor (daging dimasak seperti isian kebab). 



Kalau di Omaha barat isian 'steak' di makanan meksiko berarti potongan daging tebal dan juicy, tapi di South Omaha 'steak' kurang lebih hampir sama seperti di Indonesia, potongan daging yang cenderung lebih kecil, walaupun cukup juicy juga. Bumbu daging pun jauh lebih berani, kentara bahwa lebih banyak rempah, jintan atau cumin terutama, digunakan.  Ukurannya pun alamak besarnya luarrr biasa! Benar-benar bisa dimakan berdua. 

Lidah sapi di dalam taco saya pun sangat lembut dan penuh cita rasa, walaupun daging al pastor saya jauh lebih terasa bumbunya, dicampur dengan sedikit saja potongan bawang bombay, daun ketumbar, dan guacamole. Tapi buat saya yang paling membuat santapan kami siang itu sangat berkesan adalah pelengkap makanan yang dihidangkan;  2 macam salsa, satu berwarna hijau dan satunya lagi oranye (terbuat dari cabai jenis arbol), semangkuk kecil potongan jeruk nipis, dan dua buah radish atau lobak merah kecil, serta dua buah jalapeno panggang. 

Salsa tomatillonya sedikit mirip dengan sambal tomat hijau, tapi salsa oranyenya...hmm agak sulit dideskripisikan dengan kata-kata, karena rasa cabainya benar-benar berbeda dari yang pernah saya rasakan. Saya berasumsi cabai Arbol dipanggang, lalu diblender dan diberi sedikit bumbu saja. Sesimpel itu biasanya. Satu yang saya bisa katakan, kedua salsa ini sungguh meningkatkan rasa taco dan burrito yang kami makan. 

Walaupun saya sangat lapar ketika memasuki restoran ini, ternyata hanya dengan dua buah taco saya merasa sangat kenyang sesudahnya, mungkin karena saya banyak melahap cabai dan lobak yang disajikan. 

Kesimpulannya: entah kenapa saya menunggu hampir sebulan setelah saya menginjakkan kaki pertama kali di Amerika untuk berpetualang ke daerah hispanik kota ini. Huff... so many taquerias, so little time. Tapi yakinlah, South-O, yo volveré! (aku akan kembali!) 

Comments

Popular Posts