Tapas Movida, Cipete Jakarta
Setiap lewat Cipete Raya, saya selalu penasaran sama
restoran yang satu ini. Logonya banteng, namanya berbau bahasa Spanyol. Seperti
apakah gerangan isinya?
Dari beberapa testimonial beberapa teman saya yang pernah
bersantap di Tapas Movida, responnya kira-kira nggak jauh dari harga.
“Mahal. Puih! amit-amit.” kata yang satu.
“Gue nggak ngerti makanannya apaan.” Kata yang satu lagi.
Waduh, ngeri saya dibuatnya. Tapi saya tetap maju terus
pantang kusut.
Coba cek ombak dengan browsing, lihat tips orang, dan yang
terpenting, lihat website si restoran, yang ternyata cukup kooperatif dengan
menampilkan menu makanan beserta harganya.
Ini adalah kali pertama saya mencoba restoran Spanyol di
Jakarta, tapi kalau dilihat sekilas sepertinya Tapas Movida lumayan banyak
pilihan menu Tapas-nya. Saya datang sama teman saya, Imbi, yang juga kayaknya cukup
penasaran sama restoran ini dan, untungnya, cukup terbuka sama menu ajaib
seperti Kaki Kodok. Dengan datang naik angkot, kita pun sepakat pasang body
sama harganya (mulai lebay yaaaa)
Untuk yang belum pernah dengar, Tapas kurang lebih berarti
makanan ‘ringan’ (kutip karena sangat subjektif) yang dinikmati sembari minum,
biasanya bir atau anggur, bersama kerabat sambil ngobrol, sebelum waktunya
makan malam. Karena orang Spanyol cukup
terkenal dengan jam makan malam-nya yang amat sangat larut, paling cepat diatas
jam 9 malam. (di San Sebastian, Spanyol,
karena begitu ramainya semua bar dan restoran saya kesulitan mendapatkan tempat
duduk untuk makan malam jam 3 pagi!!). Jadi buat saya, Tapas sangat menarik
karena menggambarkan karakter orang Spanyol yang doyan makan, minum, dan,
tentu, ngerumpi!
Tapas sendiri diambil dari bahasa spanyol Tapar yang berarti ‘tutup’, karena dari biasanya sajian ini
disajikan di atas piring kecil yang ditumpangkan diatas gelas bir atau wine. Macamnya pun tak terhingga,
ibaratnya, semua makanan bisa disebut Tapas kalau porsinya dibuat mini. Bisa
disajikan panas, ataupun dingin (seperti antipasta di Italia)
Kembali ke Tapas Movida, setelah cukup lama foto-foto lilin, pilih menu dan kalkulasi harga*teteup*, kami akhirnya memutuskan memulai dengan menu yang sedikit
aneh: Ancas de Rana (Rp. 30.000), yang secara harafiah berarti Kaki Kodok. Disajikan dengan 3 potong roti baguette, daging kodoknya sedikit amis, sedikit terbantu dengan cocolan saus krim yang mirip saus
carbonara a la Italia.
|
Untuk yang sedikit lebih konvensional, kami pesan Montadito
de Ternera con Cebolla Caramelizada y Queso Azul (Rp. 35.000) yang kurang lebih
artinya roti dengan daging sapi tenderloin dengan bawang Bombay tumis dan keju
perancis biru. (fyuh panjang juga ye)
Montadito sendiri masih masuk ke dalam kategori Tapas yang kurang lebih berarti
sandwich mini dengan bermacam-macam topping atau isi.
Walau saya tidak
terlalu suka blue cheese, tapi
ternyata di atas daging tenderloin yang empuk dan bawang Bombay yang manis
rasanya tidak terlalu menyengat. Empuknya daging disini jadi sangat penting
karena porsinya yang bite size, kalau
dagingnya keras, alangkah tidak nyamannya untuk digigit. J
Lalu kami juga pesan Tartar de Atun con Guacamole Picante (tartar tuna dengan saus alpukat pedas),
yang disajikan dengan roti juga. Begitu pula dengan Pollo con Agueta y Mayonesa
(Daging ayam dengan alpukat dan mayones, Rp. 15,000), datang diatas sepotong roti baguette yang renyah diluar dan cukup lembut dan kenyal di dalam.
Ada juga Brocheta de Pollo a la miel con Especias (Rp.
15,000) yang sempat sotoy kami pikir mirip-mirip bruschetta. tapi setelah
di-google, brocheta dalam bahasa spanyol artinya ternyata adalah tusuk sate.
Jadi yang datang kira-kira begitulah, sate ayam dengan taburan bubuk rempah
‘spesial’ dan saus madu. Walau sederhana, tapi ternyata cukup unik rasanya.
Pollo a la Miel con Especias, Rp. 15.000 |
Karena kami masih lapar (ya iya lah, dikit-dikit bo porsinya *ngeles aje*), kami memutuskan pesan seporsi Paella Mixta (Rp. 135.000), yaitu nasi yang dimasak langsung di wajan besi khas paella, dengan kaldu (biasanya) ikan, dan kali ini dicampur dengan seafood, ayam, dan sayuran. Agak mahal untuk seporsi nasi, tapi disini porsinya bisa lah buat makan bertiga, apalagi cuma berdua.
Nasinya dimasak al
dente sempurna, dengan rasa khas saffron
yang membedakan paella dari nasi masak biasa. Saya juga suka sekali dengan
selapis nasi yang sedikit mulai berkerak di dasar wajan. Rasanya gurih karena
menyerap kaldu ikan yang digunakan untuk menanak nasinya, dan sama sekali tidak
ada rasa gosong, karena biasanya paella dimasak di api kecil hingga sedang
dalam waktu yang cukup lama. Walau potongan udang dan kerangnya tidak terlalu
spesial, saya suka potongan ayamnya yang mungkin karena dimasak lama, jadi
lembut dan gurih.
Untuk minuman kami pesan dua macam mocktail yang cukup menyegarkan, Shirley Temple dan El Nino (masing-masing Rp. 40.000)
Total kerusakan yang harus kami tebus memang cukup bikin
ngilu, tapi karena buat saya ini salah satu cara terbaik merasakan budaya Spanyol di Jakarta, jadi saya rela-rela aja sih suruh bayar agak mahal.
:p
Tapi mungkin lain kali saya akan coba makanan utama-nya
saja, dan mungkin di waktu malam hari sama gebetan, karena dekor ala gaudi Tapas Movida sangat cantik,
apalagi kalau terkena temaram lilin merah dari meja makan kita. Aih..
Tapas Movida
Cipete Raya 66
Jakarta Selatan
Phone: 021-7510851
KAKIII KODOOOOKKKKK...
ReplyDeleteaaah tapi mayan untuk jajan2 cantii ya weee.. gak papa naiiiik angkot yang penting menunya spanyoooll... daripada naik kebo ala spanyol tapi menunya warteg...
errr.. lupakan komen gue
:)) goblooss
ReplyDeleteTuna bahasa Spanyolnya itu atun? Kok kaya anak hujut hulup ya pake asab kilab.. Hihihi..
ReplyDeleteHahahaha
Deletebaru sadar gue!