Rekomendasi Tempat Makan Sulawesi (5): Pantai Bara dan Pulau Liukang Loe

Bara Beach Hotel 

Teras depan restoran dengan pemandangan pantai Bara, Tanjung Bira

Sarapan di Bara Beach Hotel
Malam tadi karena kami lapar dan tidak sanggup menempuh jalan berguncang-guncang demi sesuap cumi, kami pun memutuskan mencoba restoran yang ada di hotel kami. Harganya agak mahal memang, tapi kalau dibandingkan dengan perjalanan ke pusat 'keramaian' (pakai kutip karena sama sekali nggak ramai kecuali di sebuah warung yang dipenuhi bule-bule dengan berbagai bahasa), makanannya lumayan memuaskan.



 Yang direkomendasikan adalah Spaghetti Marinara-nya yang porsinya paling nampol dan pas rasanya dibandingkan menu yang lain. Ibu juru masak restoran ini pun tidak pelit meminjamkan dapur (beserta peralatan masak dan makan mereka!) kepada kami yang kelaparan ingin rebus indomi selepas berenang sore. 




Esok paginya, kami disajikan sarapan (yang sudah termasuk harga kamar) masing-masing teh atau kopi, 2 roti tawar panggang dengan sehelai keju kraft, mentega dan selai, serta pilihan telur dadar atau orak arik. Porsinya tidak luar biasa besar, cukup lah untuk mengganjal perut sebelum melaut. 





Liukang Loe Island

Wisma Liukang Loe

Setelah snorkelling di sekitar pulau Liukang Loe, untuk makan siang, kapten kapal kami menyiapkan makan siang lengkap di penginapan miliknya di Pulau Liukang Loe. Setibanya di pulau ini, lumayan iri juga melihat ritme hidup penduduk pulau ini. Selain suara debur ombak, 'polusi' udara paling nyaring hanya suara mesin perahu yang tak begitu sering lalu lalang. Kalau tidak salah (googling) penduduk pulau ini juga cukup terampil dalam membuat sarung tenun, yang mungkin jadi salah satu mata pencaharian mereka.



Kembali ke menu sajian makan siang kami, sore itu hanya kami pengunjung Wisma Liukang Loe, penginapan/restoran milik Pak Ramli kapten kapal kami. tiap orang dari kami mendapat jatah masing-masing seekor kakap merah ukurang kecil, dan beberapa porsi masakan rumahan seperti kering kentang, sop sayuran, dan (ini yang paling dinanti) sambal dabu-dabu! Sungguh sajian yang sederhana tapi luar biasa nikmatnya. Ya karena lapar sekali, ya karena memang enak masakannya. Terutama ikan bakarnya yang, seperti di setiap pemberentian kami di Sulawesi, legit dan segar. Karena dua orang dari grup kami keburu tumbang sebelum melaut, alhasil ada 2 ekor ikan tambahan yang harus kami habiskan! fuih.. 



Ikan kerapu merah kami yang sedang dibakar :9

Makan Siang di Wisma Liukang Loe



Tapi sayang, kali ini sambal dabu-dabu yang disajikan kurang begitu saya suka, karena didalamnya ditambahkan semacam daun kemangi yang sangat khas aromanya, yang menurut saya agak terlalu kuat rasanya. Biar begitu, sambal tetap lahap saya habisi. :D Setelah kenyang, kami pun bersantai sejenak dengan teh manis hangat yang disajikan.




Kontak Wisma Liukang Loe: +62-813-4257-8515

(asli promosi tidak berbayar :)



Salassa Guest House






Tempat makan malam terakhir kami di Makassar, Salassa Guest House & Restaurant, terletak di Jalan Poros Bulukumba, atau dengan kata lain, di satu-satunya jalan utama di Tanjung Bira :D. Tempat ini sangat direkomendasikan banyak situs (No. 1 dari 3 hotel yang terdaftar di Tripadvisor, walau sebenernya ada banyak sekali), dan menjadi pertimbangan kami sebelum akhirnya memesan Bara Beach Hotel. Tapi sayang dia cuma punya 6 kamar, yang kala itu sudah terpakai beberapa.




Ternyata Salassa juga cukup terkenal restorannya. Pemandu kami, Pak Andi, tentu kenal dengan yang punya. Ia pula yang menganjurkan untuk makan disini setelah sedikit berputar-putar sekitar Tanjung Bira, dimana ia menunjukkan pojokan favoritnya untuk melihat hampir seluruh tanjung.


Pemandangan Tanjung Bira dari atas bukit

Senja Bulukumba


Kalau mau makan disini, ada baiknya tanya dulu sama penjaga hotel atau ibu pemilik, apakah akan buka malamnya. Karena kalau penginapannya kelewat sepi, restorannya bisa tidak menyediakan makan malam sama sekali, kecuali ada permintaan khusus yang sebaiknya disampaikan dari siang atau sore hari (siang atau sore juga biasanya tidak buka restorannya) 



Makanannya beragam, saya pesan nasi dengan ayam bakar bumbu bali yang tidak terlalu spesial. Udang tumis (maaf lupa bumbunya) teman saya lebih enak, karena faktor udangnya yang besar-besar dan cukup segar. Karena mungkin staf terbatas, pelayanan pun cukup luama, yang mungkin mereka sadari sehingga dipampanglah pengumuman ini: 









Harganya agak mahal, sekitar 40 ribuan per porsi, tetapi mungkin karena faktor malam terakhir dan minimnya pilihan, kami tidak terlalu banyak protes malam itu. 




Kesimpulannya, Salassa agaknya pasti dilewati dan mungkin dimasuki oleh siapapun yang berkunjung ke Tanjung Bira. Perihal lamanya pelayanan, agaknya ini cukup seragam di semua tempat di Bulukumba yang kami datangi. Jadi mungkin, ekspektasi janganlah terlalu tinggi-tinggi :) 


Comments

Popular Posts